avengers

avengers

Sunday, March 16, 2014

Bencana Asap Riau!

Sabtu, 15 Maret 2014 1:30PM


Siang ini, titik-titik air berjatuhan membasahi daratan bumi Lancang Kuning.  Ya, inilah momen yang ada di dalam doa beribu-ribu warga Riau beberapa minggu belakangan. Asap tebal yang mengepung sejak beberapa minggu terakhir menjadikan hujan kali ini terasa begitu bermakna. Ribuan warga Riau pasti mengucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya ini. Tadi malam pun turun hujan dan itulah hujan pertama setelah sekian lama tanah ini tak diguyur hujan. Alhamdulillah.

Gue sendiri merasa hujan siang ini begitu emosional. Gak tau deh gue-nya yang lebay, tapi ada perasaan yang luar biasa yang gue rasakan. Allah selalu mendengarkan doa hamba-Nya. Beberapa hari terakhir, sejak kampus diliburkan (yang artinya asap benar-benar sudah berbahaya) ada rasa kesal, marah, dan kecewa terhadap pemerintah yang seolah tidak peduli. Apalagi sang gubernur baru bilang, kita berserah kepada Allah. Memang, kita seharusnya berserah diri kepada Allah. Tapi, bukannya itu dilakukan berbarengan dengan usaha yang maksimal. Apalagi melihat kondisi warga Riau, yang puluhan ribu menderita ISPA, iritasi mata dan kulit dan sampai ada korban nyawa. Haruskah pemerintah menunggu kematian massal di Riau baru menanganinya?

Tapi, ternyata bapak Presiden
peduli. Hari ini Pak Presiden dijadwalkan terbang ke Pekanbaru, setelah sebelumnya menginstruksikan berbagai hal mengenai penanganan asap. Kemarin gue baca, sekian ton garam sudah disebar di langit Riau dan di akun twitter @Sutopo_BNPB juga dijelaskan bahwa banyak helikopter yang sudah dan sedang dikerahkan untuk mengangkut air dan NaCl. Terbayang berapa besar biaya yang dibutuhkan oleh BNPB/pemerintah untuk mengatasi bencana ini.

Perhatian gue untuk bencana asap kali ini adalah, kinerja pemerintah daerah dalam menangani dan mencegah pembakaran hutan dan lahan di Riau. This is not the first time. Udah sering bencana asap di Riau. Bahkan udah jadi bencana tahunan. Warga Riau butuh hukum yang tegas untuk menjerat para pelaku pembakaran lahan dan hutan seberat-beratnya. Ini bukan tentang satu atau dua nyawa manusia, tapi nyawa seluruh warga Riau. Mungkin mereka tidak membunuh secara langsung, tapi bukankah pembakaran itu berarti merampas oksigen dan udara sehat warga Riau?

Well, para pembakar lahan dan hutan memang salah. Mereka pasti dapat ganjaran yang setimpal. Bukan hanya di dunia, tapi ada Allah yang akan membalas perbuatan mereka. Bencana asap kali ini, semoga menjadi renungan dan peringatan juga bagi kita, warga Riau. Tidak ada gunung meletus, gempa bumi ataupun banjir bukan berarti Allah tidak menimpakan bencana kepada kita. Maka, jangan sombong dan teruslah bersyukur kepada nikmat yang Allah berikan. Kita tidak akan pernah menyadari betapa berharganya setiap partikel oksigen sampai kita kekurangan oksigen itu sendiri. Kita juga tidak akan pernah menyadari betapa berharganya hujan sampai kemarau dan asap datang menghampiri.


Semoga ini jadi bencana asap yang terakhir kali di Riau. Pemerintah daerah harus maksimal dalam pencegahan pembakaran lahan dan hutan. Untuk warga Riau, mari introspeksi diri.