avengers

avengers

Tuesday, July 9, 2013

Ujian Nasional!

Gak kerasa, berbulan-bulan libur setelah tamat SMA. Aku mau share sedikit tentang UN dan masa-masa sulit yang aku lalui di akhir kisah putih abu-abu ini.

UN, rasanya gak ada hari lebih penting selama masa SMA kamu, dibandingkan 4 hari ini. Mulai dari guru, orangtua, sampai penjaga sekolah pun pernah curhat soal horror-nya UN tahun ini. Begitu menginjak kelas 3, tabah-tabahkan hati deh buat mendengar kata UN di setiap hari yang kamu jalani di sekolah. Muehehe..

Ujian nasional, sampai saat ini masih menjadi standar kelulusan. Mulai dari SD, SMP dan SMA. Bagi yang udah tamat SMA, bolehlah bernapas lega. Di kuliahan, gak bakal jumpa lagi sama soal-soal UN. Tapi pasti ada yang lebih horror daripada UN. Wkwk.

Adilkah? Menurutku, enggak. 3 tahun yang dilaluin di bangku SMA/MA harus dipertaruhkan lewat 40+40+40+40+50+50=260soal. Itu dulu, sebelum kebijakan 40% nilai sekolah + 60% nilai murni UN. Terlebih lagi di tahun ini ada yang berbeda. 20 paket soal dengan barcode manis di pojok kanan atas.

Stress? Ya, aku cuma salah satu dari sekian anak Indonesia yang terkena syndrome UN-sickness (?) akibat Ujian Nasional ini.
"Stress? Kayak gak punya Allah aja." kata Ibu setelah mendengar ke-stress-anku menghadapi jadwal ujian sekolah.

Sejak awal pun, aku gak pernah mau jadi orang "stress". Dilihat dari cara belajar yang santai, mungkin jauh dari kata stress (yah.. Kalo kelakuan abnormal di kelas, itu kewajaran. Bukan karena stress. *ngakak). Aku bukan Ria yang punya soal-soal bertumpuk yang penuh coretan, bukan Anif yang rajin banget menyelesaikan soal, bukan juga cici yang suka belajar tengah malam dan belajar fisika sampai sore di sekolah, juga bukan najo yang juara kelas, hobi ngerjain soal dan les sampai malam, apalagi Upa dan Andin yang semangat banget les fisika dan mtk sama sang abang. Aku cukup santai sejak awal kelas 3. Bahkan sampai H-30, masih jarang banget buka buku di rumah. Kalo mau cari tipe belajar yang mirip aku, mungkin Kajol, Aner, Taluk deh. Sama-sama gak bimbel diluar juga padahal pintarnya gak superior.
Motto saat itu, "Hidup cuma sekali, masa SMA (baca: MAN) cuma sekali. Santai aja.. Gak usah stress." Tapi nyatanya? Aku yang santai (aku juga bukan tipe pencemas yang suka paranoid sendiri) aja merasa stress, jenuh, muak. Sampai aku ngerti banget apa itu rasanya 'pengen muntah liat soal'. Seriusan.

Sebenarnya perasaan itu muncul karena jenuh. Soal itu udah kayak 4L, lo-lagi-lo-lagi. Ditambah lagi try out yang jadwalnya bikin pusing dan sepaket ujian, mulai ujian sekolah, ujian prakter dan UAMBN yang pasti disambung dengan try out. Perasaan stress itu lebih ke, "Kapan sih ini berakhir?" dan "Udah malas liat soal."

Terlebih lagi saat kelas dipisah. Itu rasanya seperti diasingkan ke planet antah-berantah. Jujur, rasanya pengen banget gak sekolah. Apalagi itu saat-saat terakhir di sekolah. Masih ingat tuh harinya. Jumat, 22 Maret 2013 H-24. Nyesek bangetlah kalau diingat-ingat. Kalaupun punya mesin waktu, aku gak akan mau mengulang saat-saat itu. Walau mengulang kembali waktu mungkin bisa mengubah lagi nilai fisika-ku yang kepala 6. Pffft~

Cara belajar.. Hmmm. Aku bukan tipe yang mau belajar sampai tengah malam. Palingan 30-50 menit sebelum atau sesudah isya buat ngerjain soal-soal. Setelah TO, mengerjakan soal-soalnya lagi itu udah wajiblah. Kalau soal/materi yang aku kurang ngerti, ada banyak kawan tercinta yang siap mengajarkan.

Lulus. Ya, mungkin itu saat dimana seluruh beban beberapa bulan belakangan, terangkat. Lega.

Buat adik-adik yang mau naik kelas 3 (asli, ngerasa tua), jangan terlalu serius, yang ada malah jenuh sendiri. Dibawa santai pun kalian pasti bakal menemukan kejenuhan. Kalau ada soal sulit, coba diajak berdamai. Hehe... (Sampai UN pun aku masih gak bisa berdamai dengan fisika). Sukses ya :3


Thanks for reading :)